Indonesia dikenal sebagai negeri kepulauan dengan ribuan pulau besar dan kecil. Di balik keindahan bentang alamnya, tersimpan kenyataan pahit: banyak masyarakat di pulau-pulau kecil masih hidup dalam keterbatasan. Air bersih sulit diperoleh, listrik sering kali tidak tersedia, dan akses energi modern masih dianggap barang mewah. Dari tantangan inilah lahir Komodo Water, sebuah inisiatif sosial yang memadukan teknologi ramah lingkungan, model usaha sosial, dan pemberdayaan komunitas.
Selama lebih dari satu dekade, Komodo Water membuktikan bahwa air dan energi dapat dikelola secara mandiri, bahkan di wilayah-wilayah yang kerap terlupakan. Dedikasi ini mengantarkan mereka meraih pengakuan nasional sebagai salah satu pemenang kategori Best Impact Entrepreneur pada ajang ESG Award 2025 yang diselenggarakan oleh Yayasan KEHATI.
Sebagai social enterprise, Komodo Water berfokus pada penyediaan air bersih dan energi terbarukan untuk komunitas terpencil, khususnya di pesisir dan pulau-pulau kecil. Layanan yang dihadirkan mencakup air minum isi ulang dalam galon 20 liter, air bersih untuk kebutuhan komunitas maupun kegiatan produktif, es balok bertenaga surya yang menjaga kesegaran hasil laut, pelatihan pengelolaan sistem air desa termasuk pemantauan kualitas air, hingga pengolahan limbah plastik melalui daur ulang dan pirolisis komunal.
Seluruh sistem beroperasi dengan 100% tenaga surya tanpa baterai, mengintegrasikan teknologi Reverse Osmosis, mesin es balok, dan pompa distribusi air. Pendekatan ini menghadirkan solusi yang mandiri, hemat biaya, sekaligus ramah lingkungan—bahkan di daerah yang sama sekali belum terhubung dengan jaringan listrik PLN.
Didirikan pada 2011 sebagai bagian dari PT Tinamitra Mandiri, Komodo Water sejak awal memilih jalur berbeda dari perusahaan konvensional. Mereka mengusung konsep impact entrepreneurship, yaitu wirausaha sosial yang menempatkan dampak sosial dan lingkungan sebagai prioritas, sementara profit menjadi sarana untuk memperluas manfaat.
Pendekatan yang mereka kembangkan bersifat modular dan desentralisasi, sehingga sistem yang sukses di satu lokasi dapat direplikasi di tempat lain dengan cepat dan efisien. Hingga pertengahan 2025, Komodo Water telah beroperasi di tujuh lokasi pesisir terpencil di Nusa Tenggara Timur (NTT), antara lain Papagarang, Bari, Raong (Manggarai Barat), Maghilewa (Ngada), Kawa (Nagekeo), serta Lepo Lima dan Magepanda (Sikka). Lokasi ini dipilih karena menghadirkan tantangan nyata: terpencil, minim infrastruktur, dan sangat bergantung pada alam.
Lebih dari sekadar penyedia layanan, Komodo Water melibatkan masyarakat lokal secara langsung. Warga dilatih menjadi operator dan teknisi, mengelola sistem air dan es, mengolah limbah plastik, serta menciptakan lapangan kerja baru. Dengan begitu, masyarakat tidak hanya sebagai penerima manfaat, melainkan juga pemilik sekaligus penjaga keberlanjutan sistem.
Hingga Mei 2025, Komodo Water telah mencatat berbagai capaian luar biasa yang menunjukkan dampak nyata bagi masyarakat dan lingkungan. Sebanyak 67,3 juta liter air bersih berhasil disalurkan, dengan 228.000 galon air minum diproduksi secara lokal. Selain itu, 632 ton es balok bertenaga surya telah disediakan untuk mendukung aktivitas nelayan dalam menjaga kesegaran hasil laut. Dari sisi pengelolaan lingkungan, sebanyak 20.000 produk daur ulang plastik berhasil dijual, sementara 100 ton sampah plastik dapat dihindari atau dikelola dengan baik. Dampak sosialnya pun signifikan, di mana 31.842 orang kini memiliki akses air bersih, serta 7.715 petani dan nelayan kecil mengalami peningkatan pendapatan. Upaya ini juga berkontribusi pada penghematan energi sebesar 708.669 kWh per tahun, menghindari penggunaan 174 ton bahan bakar fosil, serta menurunkan emisi karbon hingga 533 ton CO2 setiap tahunnya. Lebih jauh lagi, sekitar 17.193 ton makanan dapat diolah secara optimal setiap tahun. Capaian-capaian ini bukan hanya deretan angka, melainkan potret nyata perubahan hidup ribuan keluarga di pelosok negeri.
Air dan energi adalah hak dasar manusia, namun jutaan orang Indonesia masih belum mendapatkannya. Tanpa air bersih, penyakit mudah menyebar. Tanpa energi, produktivitas terbatas. Untuk menjawab tantangan tersebut, Komodo Water merancang model bisnis yang mengintegrasikan aspek ESG dengan ekosistem siklus air (Water Cycle). Strateginya mencakup Water for Community, Water for Fishery, Water for Agriculture, serta target Net Water Positive melalui program Water Saving, Water Replenishment, dan Water Offset.
Selain itu, penggunaan galon isi ulang turut mengurangi plastik sekali pakai, sementara program daur ulang plastik menciptakan nilai tambah ekonomi. Komitmen ini diakui melalui Kehati Award, penghargaan bergengsi bagi inisiatif yang menjaga keberlanjutan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Keberhasilan Komodo Water bertumpu pada prinsip sederhana tetapi efektif:
Kisah Komodo Water adalah kisah tentang inovasi, keberanian, dan harapan. Dari pulau-pulau kecil di Nusa Tenggara Timur, mereka membuktikan bahwa teknologi ramah lingkungan mampu menghadirkan perubahan besar.
Dengan penghargaan Kehati Award, perjalanan Komodo Water kini mendapat pengakuan nasional. Namun, lebih dari itu, kemenangan ini menjadi simbol bahwa solusi lokal dapat menjadi inspirasi global. Komodo Water bukan hanya tentang air dan energi, tetapi juga tentang masa depan yang lebih adil, sehat, dan berkelanjutan—sebuah masa depan di mana setiap tetes air dan setiap kilowatt energi membawa harapan baru bagi masyarakat di ujung negeri.
Daftar Sumber:
Komodo Water – Official Website
Data Dampak Komodo Water (hingga Mei 2025) Angka capaian terkait distribusi air, energi, nelayan, pengelolaan plastik, dan pengurangan emisi – bersumber dari laporan internal Komodo Water.
Artikel Kehati Award: Penghargaan sebelumnya yang diraih Komodo Water dalam ajang Kehati Award. KEHATI Foundation – Awardees