Pada bulan Desember 2020, tim Komodo Water berkesempatan untuk melakukan survei geolistrik dan social mapping pada 4 desa yang terletak di Kab. Nagekeo, Nusa Tenggara Timur. Salah satu kampung yang disurvei adalah Kampung Kawa, Desa Labolewa, Kecamatan Aesesa. Daerah ini memiliki kampung adat yang berpotensi menjadi destinasi wisata dengan pemandangan alam yang menakjubkan.
Pengembangan destinasi wisata Kampung Adat Nagekeo ini ternyata juga menarik perhatian dari instansi lain, pemerintah setempat mendapatkan bantuan dana CSR dari Bank NTT sebesar 350 juta. Setelah dirundingkan, dana tersebut akan digunakan untuk mendukung perencanaan pengadaan sumber air bersih di Kampung Kawa oleh Komodo Water. Hal ini dilakukan karena air merupakan faktor penting dalam kenyamanan bagi wisatawan.
Setelah berkoordinasi dengan Pemerintah Kab. Nagekeo, Dinas Pariwisata dan Pekerjaan Umum (PU) setempat, serta Bank NTT, langkah awal yang akan dilakukan pengeboran air tanah di titik yang sudah disurvei oleh Komodo Water.
Rintangan pertama yang harus dilalui adalah mobilisasi alat bor menuju titik pengeboran. Jalanan yang ditempuh sangat rusak sehingga kendaraan sulit melintas. Maka dari itu Dinas PU pertama-tama melakukan pengerasan jalan agar alat bor dapat masuk ke lokasi.
Pengerasan jalan dilakukan di Kampung Kawa
Setelah selesai mobilisasi alat, pengeboran dilakukan pada 8 September 2021. Sebelum pengeboran dimulai, dilakukan upacara adat oleh masyarakat setempat. Kegiatan ini wajib dilakukan untuk kelancaran kegiatan, menghormati adat istiadat setempat, dan memohon izin kepada leluhur.
Prosesi upacara adat di Kampung Kawa dilakukan dengan memotong seekor babi dan memanjatkan doa-doa.
Saat pengeboran dilakukan, kami melihat kondisi batuan atau tanah di setiap kedalamannya. Sampai di kedalaman 40 meter, masih ada indikasi lapisan tanah yang dapat menyimpan air. Kemudian kami melakukan pumping test, dalam semalam muka air hanya naik ke kedalaman 36 meter.
Kondisi pengeboran di Kampung Kawa
Kemudian pengeboran dilanjutkan ke kedalaman 50 meter karena masih ada kemungkinan sumber air berdasarkan data geolistrik. Namun setelah dilakukan, batuan yang ditemukan di kedalaman tersebut masih sama. Kemungkinan lapisan tersebut merupakan rongga kosong dan pasir tidak menyimpan air.
Setelah diskusi dengan warga, master bor, dan Gae Ae Tana (dukun air), pengeboran dilanjutkan ke kedalaman 60 m. Tetapi hasilnya masih sama seperti kedalaman sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa di titik tersebut terdapat lapisan akuifer, namun tidak menyimpan dan mengalirkan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan di Kampung Kawa.
Meskipun pengeboran tidak menghasilkan sumber mata air, namun kami tidak menyerah untuk mengalirkan air bagi masyarakat Kampung Kawa. Kami mencari alternatif lain yang dapat dilakukan yaitu memanfaatkan mata air yang sudah ada, mata air Tuti. Mata air tersebut mengalirkan air yang cukup bersih namun lokasinya saja yang cukup jauh. Sehingga perlu dilakukan perencanaan untuk jalur distribusi pipa untuk mengalirkan air dari mata air tersebut menuju rumah warga.
Mata air Tuti di Kampung Kawa
Hingga tulisan ini diturunkan, proses perencanaan jalur pipa air bersih masih dilakukan. Semoga masyarakat Kampung Kawa dapat segera merasakan kemudahan akan akses air bersih. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat. Kegiatan ini masih akan terus berlangsung.
[Sassy_Social_Share]